Sep 12, 2010

Gadis Kafein

Pukul 21.00 WIB [lebih sedikit], gadis itu beranjak ke pinggir jendela. Sambil mempersiapkan mesin ketik tuanya, ia membuka jendela lebar-lebar…Fiuhh…udara malam yang mencekat, sahabat bagi sebagian manusia nocturnal. Manusia yang menemukan kehidupannya saat mentari terlelap.
Jari-jemari sang gadis lentik menari diantara alphabet, membentuk kata dan kalimat. Mmm…si gadis sendiri bukanlah tipe nocturnal murni. Pekerjaannya sebagai juru ketik, merangkap office girl, memaksanya menyelesaikan perkamen-perkamen panjang di kamar mungilnya.

“Hai!”, sapa seorang pria lewat jendela. Adalah seorang pengemudi truk antar kota, yang terpaksa menghabiskan waktu diatas hitamnya aspal jalan. “Hai juga!”, sang gadis balas menyapa. Dan obrolan ringan pun mengalir. Yups, mereka adalah dua sahabat yang terpisahkan oleh kondisi. Jendela mungil itulah yang menjadi jembatan komunikasi diantara keduanya.

Obrolan malam itu, seperti malam-malam lainnya, didominasi oleh cerita sang pria. Keluh kesah sepanjang jalan kota yang dilintasi, sampai berita gembira sang pria yang sedang dimabuk cinta. Gadis sesekali menanggapi, menyemangati, dan lebih banyak mendengarkan..seperti malam-malam sebelumnya..
“Holaaaa..!!!”, kali ini sapaan datang dari gadis seniman. Tiba-tiba sesosok wajah yang dilengkapi dengan topi jerami berwarna pink, muncul di jendela. Tepat disaat pria pengemudi truk berpamitan. Tanpa menunggu balasan sapa dari sang gadis, ia bercerita pengalamannya hari itu. Dia sangat paham dengan si gadis, yang selalu menyimak cerita-ceritanya. Sehingga tak perlu rasanya menunggu respon, karena ia yakin sang gadis di balik jendela pasti dengan suka cita mendengarkan ceritanya hari itu..

Sementara di sisi jendela, senyuman tak putus-putus terukir di bibir mungilnya. Menyimak cerita sahabat senimannya, rasanya seperti menonton drama kehidupan yang mungkin belum pernah dialaminya. Sesekali ia berkomentar, sesekali tertawa, dan seperti biasa-lebih banyak menyimak cerita dalam diam.
Waktu sudah lewat tengah malam saat sahabat senimannya melenggang, meninggalkan jendela. Gadis sudah sangat lelah…saat pengembara itu datang.. Di jendela….

Kali ini ia datang dengan wajah yang sangat sendu. Seperti baru saja kehilangan bekal perjalannya. Gadis urung menutup jendela. Diberikannya senyum terhangat untuk sahabatnya itu…Dipersilahkannya sang pengembara bercerita. Cerita tentang berjuta peristiwa yang ditemuinya sepanjang kaki melangkah.
Gadis mendengarkan. Berusaha keras membayangkan dan merasakan apa yang pengembara itu alami. Berat memang..berat untuk membayangkan sesuatu yang bahkan ia sendiri belum pernah mengalaminya. Lagi-lagi dengan senyum hangatnya, ia berkomentar, sedikit saja komentar. Selebihnya, ia diam menyimak cerita…
Dan dalam beberap ribu detik, pengembara menumpahkan beban kesedihannya. Sampai ia merasa ringan, untuk kembali mulai melangkah. Menyusuri setiap jengkal waktu dalam pencariannya. Saat itu hanya tinggal beberapa jam sebelum ayam jago terbangun. Gadis betul-betul merasa lelah. Tapi aktivitasnya belum selesai untuk malam itu..

Ditutupnya jendela, dan dibereskannya tumpukan perkamen yang berhasil diselesaikan malam itu. Disela-sela menjamu tamu-tamunya. Disela-sela berjuta cerita suka dan duka.. Matanya sudah sangat mengantuk. Tubuhnya seakan berteriak meminta haknya bercengkerama dengan kasur empuk. Tapi gadis sadar betul, tugasnya belum selesai malam itu. Kebutuhannya belum terpenuhi.. Segera ia beranjak ke pojok bangunan mungilnya. Disapanya air dingin yang mengalir, membasahi wajah dan beberapa bagian inderanya. Sepotong kain persegi telah dihamparkan, dan gadis pun menemui Kekasihnya.. menyapa, mengadu, dan memohon.. wajah cerianya berganti sendu. Senyum hangat itupun berganti permohonan lirih..
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gadis kafein. Dia sama sekali bukan coffe addict. Cairan hitam kental itu hanya sesekali saja mampir dibibirnya. Hanya karena aromanya..yang menarik hati si gadis.
Banyak orang datang dan pergi dalam hidup si gadis. Banyak cerita mengalir. Banyak peristiwa ditumpahkan. Tak pernah gadis menolak, walaupun hatinya letih. Walaupun tubuhnya rapuh. Gadis ibarat kafein bagi sahabat-sahabatnya. Ngobrol beberapa menit [atau bahkan jam], dengan gadis serasa membangkitkan produksi hormone endorphin dalam otak. Sehingga rasa lelah, bahkan ‘sakit kepala’ yang disebabkan beratnya beban kehidupan serasa menguap begitu saja…

Lewat senyum hangatnya, candaan, bahkan ‘diamnya’; gadis mampu menyihir para sahabat. Melihatnya dari sebalik jendela, sudah cukup membangkitkan semangat para sahabat. Karena mereka yakin, si gadis ada si seberang jendela. Selalu terbuka menerima tumpahan cerita. Cukup dengan memandangnya, di seberang jendela.

Seperti kafein yang terdapat dalam kopi. Senyawa derivat xantin tersebut terekspresi setelah melewati proses yang sangat panjang. Proses ekstraksi yang menyakitkan. Pemutusan ikatan dengan pemanasan. Sampai penyusunan kembali senyawa yang membutuhkan energy tinggi. Seperti itulah kehidupan si gadis. Panjang. Sakit. Dan melelahkan.. Seperti juga coffe addict yang sangat menikmati efek kafein, para sahabat juga takkan pernah [mau] tahu perjalanan panjang itu..

*untuk gadis kafein*

Dunia[nya] Maya

 “May…May!!!....  lo  liat bang Padli gak?? “, kembali mpok Marina uring2an, begitu ngeliat Maya di jendela.
“Kagak Mpok. Aye gak liat. Dari kemaren jendelanye sepi-sepi aje”, kali ini giliran Maya yang berteriak-teriak.
“Kemane ye, May?? Gue kangen banget nih.. Gini nih, klo gaweannye beda dunia..”.
“Beda dunia, gimane Mpok? Lha kan situ sama-sama di dunia manusia, mang ada yang laen??”, sambil garuk-garuk kepala, yang sebenernya gak gatel, akhirnya Maya mendengarkan curhatan Marina. Yah nasip..pikir Maya..
“Iye, beda dunia. Aye kan pelaut, berangkat malem..pulang pagi.. Lha, bang Padli kan kerja di sawah. Pagi bute die dah berangkat, pulang klo matahari tenggelem.. Pegimane coba?? Kapan kite bedua bisa ketemu?? Kebayang kan lo??”, kali ini dengan semangat 45 1/2  mpok Marine menumpahkan isi hatinye.
Sementara Maya yang posisinya ditengah-tengah, menjadi ‘gak enak sendiri..
“May!! May!!”
Gelagepan, Maya berusaha keliatan tenang,”Knape lagi sih Mpok??”
“Kok elu bengong?? Udah, gak usah dibayangin, biar gue ma bang Padli ajah yang ngerasain”.
Lha?? Pede amat ni orang yak, pikir Maya.
“Pokoknye kapan waktu lo ketemu bang Padli, sampein salam aye yak May!!”, setengah putus asa mpok Marina menutup jendelanya.
------------------------------------------------------------------------------
Di seberang jendela yang lain.

“Bang..bang..dicari ma’ mpok Marina tuh”, tergopoh-gopoh Maya menghampiri Padli begitu dia membuka jendelanya. “Aye gak tega ah, kalo berbohong terus-terusan ame mpok Marina.”
“Mm..iye, lo bilangin aja ke die kalo aye sibuk banget. Gak ada waktu”, setengah acuh Padli menanggapi kata-kata Maya. “ Eh, jendelanya Bunga lagi dibuka tuh. Tolong donk lo panggilin die. Aye mo ngobrol nih!”, dengan semangat menggebu Padli mendorong Maya sampe ke tepi jendela Bunga.
Dengan terpaksa Maya memanggil Bunga ke jendela, dimana Padli sudah menunggu dengan tidak sabar. Tak butuh waktu lama, untuk keduanya saling akrab. Dan sekarang kedua makhluk itu sudah asyik bercengerama.
“Hfff….  Apa yang musti aye kate, kalo ketemu mpok Marina yee….”, dengan termenung Maya memandang kedua manusia di jendela.
---------------------------------------------------------------------------------
“Maya!!..Maya !!!….. May!!.. Gimana, jendela bang Padli dah dibuka belom??”, pertanyaan mpok Marina untuk kesekian puluh kalinya hari ini….
Mpok..mpok…kalo ajah lo liat apa yang aye liat…. Gara-gara JENDELA! Huuuhh….

<< Kisah Putri Salju dan Pangeran Kodok >>

Alkisah, ada seorang putri yang sangat jelita dan baik hati. Sang putri tinggal di sebuah kerajaan yang selalu diliputi salju. Kecantikan dan keelokan budi sang putri sangat terkenal, bahkan sampai ke kerajaan tetangga.

Ternyata, tidak smua orang menyenangi sang putri. Adalah tante sihir (karena penyihir ini belum tua2 banget_red), yang selalu iri dan menyimpan dendam pada sang putri. Terinspirasi dari dongeng2 terkenal, maka sang tante sihir menciptakan buah apel beracun untuk sang putri. Dengan berbekal ilmu kimia seadanya, terciptalah apel yg mengandung halothane dosis tinggi. Apel ini akan membuat orang yang memakannya menjadi pingsan.

Dengan menyamar menjadi gadis manis, sang tante sihir mendatangi tuan putri dan memberinya apel beracun. Seketika itu juga, sang putri jatuh pingsan. Melihat sang putri pingsan, tante sihir mendapat ide baru. Menurut dongeng2, putri yang pingsan akan terbangun setelah mendapat ciuman dari pangeran tampan, dan kemudian menikah.
Khawatir ketinggalan moment, si tante sihir segera memakan apel beracun yang belum habis dimakan sang putri. Dengan harapan ada pangeran yang akan menciumnya, dan menjadikannya permaisuri. Tante sihir pun jatuh pingsan.

Beberapa hari kemudian, lewatlah pangeran yang sangat tampan. Pangeran tersebut mendengar kisah putri yg tertidur karena apel beracun, dan akan siuman jika mendapatkan ciuman. Namun, pangeran bingung, karena di tempat itu terdapat dua org gadis yang tertidur. Gadis pertama tertidur dengan senyum menghiasi bibirnya, namun wajahnya biasa saja. Sementara gadis kedua berwajah sangat cantik, dengan dandanan full make up, seperti artis2 di ajang pencarian bakat. Tampaknya pangeran tersebut bukan berasal dari kerajaan salju, maupun kerajaan tetangga. Karena beliau tidak dapat mengenali sang putri.

Naluri alamiah pangeran memilih gadis kedua. Maka diciumlah kening sang gadis hingga ia tersadar dari tidurnya. Dengan bangganya sang pangeran meminta sang gadis untuk menjadi istrinya. Dan mereka pun menikah. Hari berganti hari, mantra cantik sang tante sihir pun memudar. Seiring dengan memudarnya mantra tampan sang pangeran. Olala!!... betapa terkejutnya pangeran ketika mendapati gadis yg dinikahinya ternyata seorg tante2. Tante sihir pun tidak kalah terkejut, karena pangeran yg menikahinya ternyata seekor kodok..

Sementara, sang putri yg asli masih tertidur lelap dalam salah satu ruangan di kerajaan salju. Menunggu datangnya pangeran tampan yg akan membangunkannya dari tidur lelapnya. Di tempat lain, di salah satu hutan hujan tropis; pangeran tampan yg ternyata dikutuk menjadi kodok masih menunggu..melompat2 ke seluruh pelosok hutan untuk mencari putri cantik yg berbudi baik yg akan menciumnya dan mengembalikan wujudnya semula.